Kamis, 29 November 2012

13 Catatan Hidup Yang Membuat Perawat “Gila” dan “Aneh”


by Wahyudi Hermawan|indonesiannursingtrainers.com
Tanggal 24 November 2012 saya mendapatkan e-mail dari sahabat dan senior saya Pak Syaifoel Hardy untuk menulis sebuah artikel agar dapat membangkitkan motivasi seseorang untuk menikmati professinya sebagai perawat. Sebuah ide yang sangat baik, di saat banyak sekali perawat yang berfikir bahwa beratnya tugas seorang perawat tidaklah sebanding dengan penghargaan yang harus diterimanya. Khususnya di Republik Indonesia tercinta ini. Siapakah yang salah? Institusi pendidikan, pemerintah, penyedia lapangan kerja atau keluguan masyarakat?
Rasanya untuk menyelesaikan masalah ini tidaklah perlu kita saling menyalahkan siapapun, karena tentu tak akan ada yang mau dipersalahkan atas keadaan sulit yang menimpa professi ini. Kalau anda tetap ingin mencari biang kerok dari ketidak-puasan terhadap professi ini, saran saya salahkanlah diri sendiri dan tunjuklah hidung sendiri yang selama ini tidak mampu memaknai professi ini sebaik-baiknya, menghormatinya dan memantaskannya untuk menjadikan diri sendiri terhormat dan bahagia karenanya. Itu akan lebih baik daripada anda menyalahkan orang lain atau menyakiti hati siapapun yang hanya akan menambah persoalan saja.
Sahabatku….
Ketika menulis artikel ini, saya adalah seorang perawat dan akan tetap memposisikan diri ini sebagai seorang perawat sampai kapanpun. Inilah 13 catatan hidup saya yang dapat anda pelajari, hati-hati anda bisa jadi perawat “gila” dan “aneh” jika terlalu sering membacanya he…he…
Bismillahirrohmanirrohiim alkisah setelah saya disumpah sebagai seorang perawat lulusan D3 Keperawatan dan berhak menyandang gelar AMK (Ahli Madya Keperawatan) pada tahun 1997 atau sekitar 15 tahun yang lalu. Kini saya sadar bahwa saya harus mengatakan bahwa saya bangga dan bersyukur telah ditakdirkan untuk menjadi seorang perawat. Mengapa? Karena professi perawatlah akhirnya lembaran-lembaran kisah di bawah ini dapat saya tulis dengan tinta emas dalam buku kehidupan saya.
1. Saya pernah dibiayai bahkan digaji untuk menjadi petualang sejati, yang bertualang dengan menaiki berbagai jenis pesawat dari mulai CN 235. Foxer 28, DC 10, Boeing 737, Boeing 747, Helicopter, Bis Kota, Kereta Api bahkan perahu ketingting ke seluruh Indonesia dan sebagian asia.
Saya yang dulunya tak pernah bepergian jauh bahkan keluar dari daerah jawa Barat sekalipun, telah dipaksa untuk berani melangkah melintasi Samudra luas di bumi ini, bahkan sampai masuk ke hutan belantara Indonesia bertualang bersama kawan geologist, arsitek dan enginer lainnya untuk menguak tabir kekayaan bangsa ini.
Saya bahagia dan sangat menikmati perjalanan ini. Dan saya merasakan betapa perawat dihormati dan dihargai sebagai professional yang memiliki tempat tersendiri di dalam petualangan ini, meskipun orang tidak memanggil saya suster, Bruder ataupun Nurse yang sering kalian ributkan saat ini. Saya dikenal oleh mereka dengan sebutan Paramedic.
Ya saya bekerja sebagai paramedic PT AEA (Asih Eka Abadi) atau juga sering dikenal dengan Asia Emergency Assistance atau saat ini dikenal dengan International SOS. Saya masuk ke perusahaan ini dengan ijazah perawat. Tahukah kalian meskipun ada yang mengatakan bahwa level paramedic itu di bawah perawat karena katanya belajarnya tidak selama dan selengkap perawat, dan beberapa kawan kita ada yang menghimbau agar jangan mau dipanggil paramedic, faktanya saya menjadi paramedic karena saya adalah perawat. Dan Gaji paramedic yang saya terima saat itu adalah 20x lebih besar dari gaji rata-rata perawat di Indonesia. Bahkan saat ini bisa mencapai 40 – 50 x lebih besar.
2. Pada awal tahun 2000 saya memutuskan untuk menghentikan petualangan saya karena ingin berusaha dekat dengan keluarga. Manis dan indahnya petualangan tidak mampu menghapus kesedihan dan hampanya hati ketika melihat anak lahir dan tumbuh tanpa ada ayah di sisi mereka, bahkan ketika anak lahir, dan harus dioperasi hidrokel hernia di usianya yang masih 40 hari, saya tidak mampu menjadi ayah yang bisa menemaninya saat menderita. Dan puncaknya adalah ketika anak saya berusia tiga tahun, persisnya ketika pulang dari Kalimantan, saat saya membawa kerinduan yang tertahan selama berpetualang….anak saya menghadiahi saya dengan sebuah panggilan yang mampu membelah langit…..Ya…anak saya memanggil saya “om” kepada papanya sendiri….
Akhirnya saya mengambil keputusan untuk membeli kebersamaan keluarga dengan berhenti berpetualang. Dan memulai babak baru hidup menjadi seorang perawat fungsional yang bekerja di sebuah Rumah Sakit Swasta di Kota tempat kami tinggal, Sukabumi.
3. Karena gaji di tempat kerja yang baru adalah sekitar 15 koma, atau kata sahabat saya Pak Junaedi yang pengarang buku perawat pengusaha, 15 koma bukanlah berarti 15 juta koma sekian-sekian, tetapi pada tanggal 15 sudah koma…atau sebentar lagi titik ya gaji awal saya pada saat itu adalah 400 ribu rupiah per bulan.
Akhirnya tahun 2000 Saya membuka warung kelontong dengan modal 1 juta rupiah untuk mencari penghasilan tambahan. Pulang kerja pergi ke pasar membeli makanan ringan, minyak, beras, kue, dan dagangan sederhana lainnya untuk dijajakan di warung kami. Alhamdulillah sempat merasakan memiliki gaji 400 ribu per bulan (15 koma), karena dengan gaji sebesar itu telah tumbuh niat kuat dalam hati untuk berusaha memperbaiki hidup dari jalur yang lain.
4. Tahun 2001 masyarakat di sekitar rumah Alhamdulillah telah mengenal saya sebagai perawat, dan mereka kerap memanggil saya Pak “Mantri” yang punya warung, beberapa di antara mereka bahkan tidak hanya jajan di warung tetapi sering pula minta tolong untuk diperiksa tekanan darah, dan konsultasi kesehatan.
Puncak fenomena “mantri” ini adalah ketika tetangga dekat rumah ada yang sakit dan ternyata beliau adalah ibu dari seorang dokter spesialis Jantung. Beliau memiliki komplikasi penyakit stroke dan diabetes dengan kondisi koma ditambah adanya luka decubitus yang cukup parah.
Anaknya yang dokter spesialis jantung secara langsung meminta saya dan istri yang juga kebetulan perawat untuk merawat ibunya, karena katanya prognosa penyakit ibunya sudah jelek atau dubia at malam, jadi akan lebih efektif jika dirawat di rumah, memandikannya dua kali sehari, merawat luka decubitusnya, dan memberikan therapy atas saran anaknya yang dokter, dan mereka membayar jasa pelayanan keperawatan kepada kami berdua 40 ribu rupiah per hari.
Setelah kejadian itu, seperti ada yang menyuruh, masyarakat lainnya semakin banyak yang datang ke rumah meminta pertolongan medis dan perawatan. Semuanya terjadi alami, tak ada istilah praktik karena saya tak pernah memasang plang, menyiapkan tempat praktik khusus maupun menentukan tarif dan menyengaja untuk meminta bayaran kepada pasien, tetapi semakin tidak mau dibayar, semakin banyaklah masyarakat yang meminta bantuan.
Puncaknya rumah kami yang kecil (perumahan type 21) tak mampu lagi menampung banyaknya masyarakat yang datang. Pada kondisi ini sedih sekali rasanya mendengar beberapa rekan perawat mengatakan saya merusak profesi karena menjadi dokter kecil…..dan sayapun tidak pernah bercita-cita untuk seperti ini….semua terjadi begitu alami seolah Allah menggerakan banyak hati untuk menghampiri saya.
5. Tahun 2003 atas saran seorang dokter saya membuka sebuah Balai Pengobatan, dan beliau bersedia menjadi dokter penanggung jawabnya secara langsung.
Alhamdulillah …meskipun kami baru saling mengenal kami bisa menjalin silaturahmi yang baik dengan dokter tersebut. Bahan salah seorang dokter yang lainnya bersedia menyuplai obat-obatan dan alat kesehatan di BP kami dengan system konsinyasi. Sungguh sebuah hubungan yang harmonis antara dokter dan perawat.
Kami saling menghormati tidak sekedar sebagai rekan kerja bahkan merasa sebagai keluarga. Sungguh aneh…..kok ada dokter yang menyarankan seorang perawat untuk punya balai pengobatan ya….he..he….itulah kekuasaan-Nya, tak ada yang mustahil bagi-Nya.
6. Tahun 2005 BP saya semakin berkembang dan akhirnya saya memutuskan untuk menambah satu dokter di BP kami. Alhamdulillah jika kita terbuka dan bersahabat, tanpa mendapatkan kesulitan akhirnya ada dua dokter yang mau bekerja di BP kami…..sst coba tebak keajaiban apa lagi yang ada disini…..
Ya ada perawat yang memiliki Balai Pengobatan dan menggaji dua orang dokter sekaligus, padahal biasanya yang dikenal masyarakat kan perawat itu adalah pembantu dokter (bingung). Itulah sekali lagi tanda dari kekuasaan-Nya. Subhanallah!
7. BP semakin berkembang, hubungan dengan dokter semakin baik, babak yang lain dimulai….saya diangkat menjadi Kepala Ruangan ICU, dan mengucapkan selamat tinggal pada dinas sore dan malam…dan kondisi ini membuat saya bisa lebih focus dalam mengelola Balai Pengobatan. Baru 3 bulan jadi kepala ruangan ICU, kembali dipromosikan untuk naik jabatan lagi dan Alhamdulillah saya berhasil meyakinkan manajemen untuk menerima amanah dengan jabatan baru sebagai Ka Sub Bag Diklat dan Asuhan Keperawatan.
Mau tidak mau jabatan ini membuat saya yang menyenangi praktik untuk berubah menjadi lebih teoritis he..he….dan akhirnya karena sudah agak teoritis mungkin, jadinya Rumah Sakit merekomendasikan saya untuk mengajar di sebuah poltekes baru yang kebetulan meminta tenaga pengajar ke rumah sakit kami. Karena malu jadi jeruk makan jeruk atau D3 ngajar D3 kemudian tahun 2007 akhirnya saya melanjutkan pendidikan ke S1 Keperawatan dan lulus tahun 2009.
Lulus S1 eh malah disuruh ngajar lagi di almamater meskipun ngajar mata kuliah kewirausahaan, tetap saja menjadi beban jika kembali jadi jeruk makan jeruk atau sekarang jadi S1 ngajar S1 he..he…akhirnya saya memutuskan untuk langsung melanjutkan S2 Manajemen dan lulus pada tahun 2011.
8. Kurang kerjaan, tahun 2010 saya membuka usaha mobil jemputan Anak SDIT, itung-itung sekalian antar jemput anak yang kebetulan juga sekolah disana. Hasilnya kebablasan karena untungnya lumayan dan sayapun mengangkat karyawan khusus untuk menjadi pengelola mobil jemputan itu yang kami beri nama NOVALUNA STUDENT CAR ABODEMEN, dan Alhamdulillah hasilnya telah kami rasakan lebih dari cukup.
9. Karena saya ngajar Juga di program S1 Keperawatan, dan melihat mahasiswa S1 banyak yang tidak percaya diri dalam masalah praktik dibandingkan D3, untuk menjawab kondisi tersebut maka bekerjasama dengan Ka Prodi Stikes Kota Sukabumi saat itu Pak Irawan Danismaya S.Kep.,Ners, M.Kep yang juga adalah senior saya dari Akper Achmad Yani Cimahi, kami merintis berdirinya lembaga diklat kepemimpinan dan keterampilan terapan bagi perawat yang kami berinama Leadership Center Of Nursing (LCN) dan hasilnya kebablasan juga, Alhamdulillah kami telah melatih lebih dari 100 mahasiswa perawat bahkan bidan mulai dari tahun 2009 sampai sekarang atau saat artikel ini ditulis tahun 2012.
Untuk mengembangkan LCN dengan cepat saya secara pribadi telah berinvestasi dengan menyediakan 6 buah Guess House yang kini ditempati sekitar 31 orang Mahasiswa S1 dan D3 Keperawatan, juga beberapa dari D3 Kebidanan.
10. Tahun 2010 karir perawat saya di rumah sakit terhenti, karena direktur meminta saya untuk menjadi Ka. Sub Bag Pemasaran rumah sakit, katanya saya lebih cocok ditempatkan di bagian pemasaran biar rumah sakit tambah laku he2…. Eeeh …baru enam bulan menjadi Ka. Sub Bagian pemasaran, saya akhirnya dilempar lagi ke area yang semakin umum yaitu diangkat menjadi Kepala Bagian SDM Rumah Sakit.
Katanya, saya harus menjadikan SDM RS menjadi SDM yang unggul (segitunya).
Pst….Ada hal lucu terjadi disini bayangkan tahun 2000 Ka Bagian Pemasaran yang dulu mewawancarai saya dan meluluskan saya ternyata tahun 2011 menjadi staff saya dan dia ikhlas menerimanya dengan legawa dan kami menjadi sahabat yang saling menghormati he..he….semakin yakin lagi bahwa tak ada hal mustahil bagi-Nya. Semangat!!
11. Pada tanggal 7 April tahun 2011, bertepatan dengan hari ulang tahun Istri tercinta, saya memutuskan untuk pamit kepada kawan-kawan di Rumah Sakit dan memutuskan untuk mengundurkan diri di puncak karir saya sebagai Kepala Bagian SDM.
Manis rasanya pergi di puncak karir dalam kondisi yang baik, meskipun sedih juga meninggalkan orang-orang yang kompak dan saya cintai di RS Islam Assyifa Sukabumi…
Tapi hidup ini harus terus berjalan. Saya harus merdeka dari banyaknya kesibukan yang menyita waktu saya bersama keluarga….Saya jadi setengah workaholic yang akhirnya kecapean…he2.
12. Tahun 2011 saya memberanikan diri membangun sebuah GOR Bulu Tangkis Sederhana yang kami berinama GOR SADUTA di daerah Cianjur Selatan karena saya kebetulan dilahirkan nun jauh di sana, dan pengelolaannya saya percayakan kepada Ayah dan Ibu tercinta yang saat ini telah menjalani masa pensiunnya.
Tahukah anda arti dari SADUTA…. Ya!!…salat duha tahajud…he…he, karena untuk membangun GOR ini kami mulai dengan keyakinan kuat bahwa Allah akan mengabulkan do’a kami jika kami yakin dan ikhlas dengan iktiar, sambil juga merutinkan shalat duha dan tahajud bersama para mahasiswa LCN. Semangat !!
13. Belum puas…
Awal tahun 2012 saya mendirikan klinik mandiri keperawatan bersama mahasiswa LCN terbaik dan Alhamdulillah ini dapat membantu memberikan mereka penghasilan…klinik perawatan itu melayani pelayanan akupuntur, bekam, acupressure dan pengobatan herbal (complementary). Kalau praktik yang ini, baru saya agak sedikit lega, karena inilah pekerjaan perawat yang sesungguhnya, Tidak percaya? Coba buka permenkes 148 tahun 2010 pasal 6 sampai 8. he..he semangat!!
Saudaraku…
Kalian yang telah disumpah sebagai seorang perawat dan masih mengatakan tidak bahagia menjadi perawat, hakikatnya bukanlah karena telah salah memilih profesi, tetapi karena belum merampungkan pelatihan kehidupan yang harus dijalaninya terlebih dahulu sebagai seorang perawat.
Inilah pelatihan kehidupan yang harus diselesaikan oleh seorang perawat.
1. The truly Care giver Training
2. The Truly Advocate Training
3. The Truly Collaborator Training
4. The Truly Coordinator Training
5. The Truly Educator Training
6. The Truly Consultant training
7. The Truly Researcher Training
Dengan segala kerendahan hati saya berani mengatakan bahwa semua pelatihan kehidupan yang diajarkan dalam profesi keperawatan adalah pelatihan kehidupan untuk menjadi seorang professional yang “sesungguhnya” atau “The Truly Professional”.
Mengapa harus dikatakan the Truly atau yang sesungguhnya? itu adalah karena pengabdian seorang perawat relative tidaklah terlalu dikacaukan oleh sesuatu yang bersifat materialistic. Semua bukanlah karena uang! karena jika pengabdian yang tulus seorang perawat dikonversikan ke dalam bentuk uang, tentulah semua itu tidaklah pantas dibayar dengan nilai yang sangat rendah.
Saya akan katakan bahwa jika gaji perawat Indonesia saat ini nominalnya dihargai 15 – 20 jt per bulan pun itu masih belum sesuai, apalagi 1.5 – 2 jt per bulan itu bukan lagi belum sesuai, bahkan itu adalah sebuah penghinaan terhadap professi!
Catatan : Asal perawatnya adalah perawat yang lulus training kehidupan di atas, jika perawatnya unyu-unyu atau tulalit, banyak nuntut tapi gak bisa menunjukan kualitasnya, Ya saya gak mau comment he..he… dan saya yakin anda yang membaca artikel ini adalah perawat hebat yang saya maksud. Semangat!!
Seberapapun kecilnya gaji yang anda terima saat ini, saran saya janganlah mengeluh, justru kita harus berpikir dan bertindak segera agar dapat keluar dari masalah itu. Tidak ada masalah yang dapat diselesaikan dengan mengeluh atau menyalahkan orang lain.
Marilah kita membuka mata kita, jika kita telah merampungkan pelatihan kehidupan seorang perawat dan telah menjadi seorang Care Giver, Collaborator, Coordinator, Educator, Consultant, Advocate, dan researcher yang sesungguhnya, maka semua pintu rezeki akan Alloh bukakan untuk kita, siapapun mau bekerjasama dengan kita untuk menaklukan dunia, bahkan orang yang sepertinya mustahil bisa diajak kerjasama oleh seorang perawat sekalipun. Gaji anda akan naik dengan sendirinya tanpa harus diprotes bahkan naiknya memaksa atau tak bisa ditolak….percaya deh!
Demikianlah artikel ini saya tulis dengan bahasa yang sederhana atau kata mas Ipho Sentosa (motivator Nasional) penulisannya memakai gaya otak kanan (tidak terstruktur tapi imajinatif) agar anda dapat membacanya dengan santai sehingga bisa memahami bagaimana caranya menikmati hidup anda sebagai seorang perawat.
Ingat jangan mengeluh apalagi merengek-rengek minta naik gaji, karena gaji kalaupun naik tidaklah akan significant untuk merubah kesejahteraan seorang perawat. Jadilah perawat pengusaha (Nursepreneur) apapun usaha yang anda lakukan, tidak akan membuat anda keluar dari profesi seorang perawat, asal halal dan bermanfaat bagi orang lain. Semangat!!
Terakhir….sekali lagi perawat hebat janganlah banyak mengeluh !!….CAPE DEH!!
Salam kompak selalu dan Enjoy Nursing !! Thanks buat Rekan-rekan Indonesian Nursing Trainer dan special buat Pak Syaiful Hardy saya tunggu kedatangannya ke Sukabumi, nginap dan mancing ikan di gubuk saya he he….
O Ya rekan-rekan yang membaca artikel ini, jika kalian ingin share dengan kami dalam wira usaha keperawatan silahkan kirimkan e mail anda ke hermawanwahyudi@gmail.com
Sukabumi 28 November 2012
Salam Kompak
H. Wahyudi Hermawan S.Kep.,MM.Kes
http://www.indonesiannursingtrainers.com/enjoy-nursing-13-catatan-hidup-yang-membuat-perawat-gila-dan-aneh/#more-2939