Kamis, 30 Juli 2015

Kamu Harus Tahu

Banda Aceh, 31 Juli 2015

Hai kamu, iya kamu yang entah sedang apa di sana.
Kamu seseorang yang spesial, semoga disegerakan ya.
Siapapun kamu, dari latar belakang apapun kamu, dari keluarga apapun kamu saya tidak peduli.
Semoga kamu menjadi orang yang sangat saya rindukan saat saya jauh untuk segera pulang.

Saya ingin bercerita dengan kamu.
Kamu bukanlah wanita yang kelak menjadi wanita yang sangat saya cintai.
Kamu kelak bukanlah wanita yang sangat teramat spesial dalam hidup saya.
Betapapun kamu perlakukan saya dengan sangat baik, tetap saja kamu bukan wanita yang utama buat saya.

Saya hanya ingin bilang, wanita yang sangat amat saya cintai adalah ibu saya.
Jika pun  nanti jika Allah menggariskan jodoh buat kita, saya akan mengajukan syarat yang wajib kamu penuhi. Jika kamu tidak setuju, silahkan mundur.
Syarat itu adalah kamu harus menyayangi ibu saya lebih dari apa yang akan kamu berikan kepada saya.

Taukah kamu pengorbanan ibu saya kepada saya dan saudara-saudara saya saat saya kecil dulu ?
Saya ingin sedikit bercerita dengan kamu. Dulu, saat saya masih sangat kecil kami hidup di kampung yang sangat dalam dan terisolir. Nama kampungnya Aek Toras, di pedalaman Tapanuli Selatan, Propinsi Sumatera Utara. Kami orang perantaun. Ibu saya melakukan apapun buat kami agar 'bisa makan'. Saat saya berumur 1 tahun ibu ke sawah orang, menderes rambung orang sedang saya digendongnya. Jika kami berdua, ibu sering bercerita tentang kenangannya di kampung dahulu. Semakin ibu cerita, saya nyesak, saya nangis, saya tidak bisa membayangkan betapa pedihnya kehidupan dulu. Dan akhirnya ibu nekad untuk merantau ke Aceh untuk merubah segalanya. Alhamdulillah, Allah beri jalan. Namun saat pertama kali kami di sini, jalan kami tidak mulus, banyak rintangan dan cacian orang-orang, bahkan cacian itu datang dari saudara saya sendiri (hidupnya sudah 'bagus'). Setelah berjuang selama 10 tahun lebih, alhamdulillah hidup kami mulai berubah, dan ibu mampu menyekolahkan saya dan saudara-saudara saya sampai ke jenjang perguruan tinggi. Ini hanya sebagian kecil kisah yang saya simpan di hati, dan kelak akan saya ceritakan kepada anak-anak saya.

Kamu tahu, wanita ini telah mengandung, melahirkan, menyapih, mendidik, menyekolahkan, mendo'akan sampai saya seperti sekarang.

Satu hal yang jangan pernah kamu lakukan, jangan pernah membandingkan dirimu dengan ibu saya. Kelak kamu akan menyesal. Saya sangat mencintai ibu saya dari apapun.

Ibuku, sosok dibelakang layar yang perannya tak tergantikan. Engkaulah wanita yang sangat saya cintai. Engkau pintu surga saya. Engkaulah yang ingin selalu saya jumpai di saat saya jauh di perantauan.

Saat Idul Fitri 1435 H / Tahun 2014

Saat saya Wisuda

Ibuku, pintu surgaku

Hasil didikan Ibu

Saat saya Wisuda tahun 2012

Jalan-jalan di Pantai Lampuuk Maret 2015

Pintu Surgaku


Hasil didikan Ibu, sudah mampu 'berdiri'

Saya dan ibu saya, Idul Fitri 1435 H

 Anak Perantau



Amiruddin Simbolon


Ada Pertemuan Ada Perpisahan

Banda Aceh, 29 Juli 2015


Dimana ada pertemuan, pasti akan ada perpisahan. Dimana ada awal, pasti akan ada akhir. That's life. Ketika akhir dari sebuah perjalanan, akan menjadi awal pertemuan yang baru. And that's more about life. 

Di dalam hidup,  banyak orang yang datang dan pergi. Allah telah menjumpakan kita dengan orang-orang yang telah Dia gariskan dalam catatan takdir kita.

Mereka pun datang dan pergi silih berganti.

Ada yang melintas dalam waktu singkat, namun sangat berbekas. Ada yang lama beriringan namun kehadirannya tidak bermakna.

Semua orang yang pernah singgah dalam hidup kita bagaikan kepingan sebuah puzzle, yang saling melengkapi membentuk sebuah cerita kehidupan. Maka sudah menjadi fitrah manusia, bila ada pertemuan tentu saja ada perpisahan. 

Akhir perjalanan, ia akan menjadi awal bagi perjalanan lainnya. Sebuah perpisahan akan menjadi awal pertemuan dengan yang baru. That's life must be.

Kalau kita tidak bisa berjumpa lagi di dunia, semoga Allah mengumpulkan kita di jannah-Nya. Aamiin.



Anak Perantau


Amiruddin Simbolon