24 Dzulhijjah 1435 H
Banda Aceh, tulisan ini di tulis saat sedang dinas malam di IGD Rumah Sakit Jiwa Aceh.
Dahulu setelah saya selesai kuliah ingin rasanya bekerja dan hidup bersama ayah, ibu serta saudara saya di sini (rumah kami). Saya juga pernah bilang kepada ibu bahwa saya ingin selalu bersamanya, Namun karena pekerjaan saya harus berpisah jauh dari ayah dan ibu. Ya, saya merantau ke ibukota propinsi Aceh meninggalkan ibu yang berjarak sekitar 467 km.
Merantau adalah petualangan di kehidupan baru, mengenal orang baru, tempat baru dan adat istiadat baru, serta bahasa daerah yang baru. Dengan merantau kita tahu bagaimana hidup jauh dengan orang yang kita kenal dan orang yang sangat kita cintai. Kita juga mempunyai inisiatif untuk menyelesaikan masalah hidup secara mandiri.
Saya pernah berpikir, jika saya berdiam di tempat, di kampung, apa yang saya dapat. Padahal dunia ini begitu luas. Kesempatan ini memungkinkan saya tinggal menjajal hidup ditempat yang baru, yang pasti menawarkan nuansa yang baru dan juga menawarkan peluang yang jauh lebih indah.
Dunia ini luas kawan, jangan mempersempit pergerakan kita, Datangilah bumi Allah yang lain. Nikmati perjuangan di tempat yang berbeda. Perantau adalah manusia perkasa yang berani bertarung dalam ketidakpastian.
Hidup adalah momentum untuk berpetualang. Petualangan yang tak pernah berhenti sebelum kita menemukan di mana letak kesuksesan kita berada.
Ada pertuah Imam Syafi'i, seorang bijak yang ilmunya menjadi rujukan umat Islam hingga saat ini.
"Orang berilmu dan beradab takkan diam dikampung halaman.
Tinggalkan negerimu dan merantaulah ke negeri orang.
Merantaulah, kau akan mendapatkan pengganti dari kerabat dan kawan.
Berlelahlah-lelahlah, manisnya hidup tersa setelah lelah berjuang.
Aku melihat air menjadi keruh karena bertahan.
Jika air mengalir menjadi jernih, jika tidak akan keruh mengenang.
Singa jika takkan tinggalkan sarang, takkan dapat mangsa.
Anah panah jika tak tinggalkan busur takkan kena sasaran.
Bijih besi bagaikan tanah sebelum digali dan ditambang.
Kayu gaharu tak ubahnya seperti kayu biasa jika di dalam hutan."
= Imam Syafi'i =
Amir SangPemimpi
Di dalam keheningan IGD
0 komentar:
Posting Komentar