Ayah, taukah engkau aku di sini anakmu dari kejauhan sangat merindukanmu.
Ayah, engkaulah panutan hidupku, engkaulah pria kuat dan entah berapa kali pundak itu memikul began hidup ini.
Ayah, aku masih sangat ingat jelas saat kita mengambil nangka di Paya Laut. Dari ujung ke ujung kita berjalan kurang lebih berjarak 3 km engkau memikul beban lebih dari 50 kg, engkau berjalan santai seperti tidak ada beban di raut wajahmu. Sedang aku hanya memikul beban yang tidak kurang dari 25 kg, sudah mengomel, menggerutu, capek.
Ayah, masih sangat banyak waktu yang Kita lakukan bersama. Any rindu masa-masa itu. Any ingin mengulang masa itu ayah. Terlalu singkat waktu kebersamaan kita.
Ayah, taukah engkau aku di sini selalu bertanya-tanya sedang apakah engkau di sana.
Ayah, aku teringat di masa lalu ada saudara kita yang tidak suka dengan keras dan prinsip hidupmu dan sering menghina dan mencemoohmu. Aku mendengarnya ayah, Aku sedih, marsh. Dahulu aku belum berani untuk membelamu, aku dulu hanyalah siswa SMP. Namun Semarang sudah berubah ayah. Aku akan menjadi benteng dan akan selalu membelamu ayah. Dan Aku yakin, 'dia' tidak akan berani menghinamu lagi.
Ayah, Aku berazzam dan dengan izin Allah di tahun 2018 nanti kami anak-anakmu akan memberangkatkanmu dan ibu umrah. Doakan kami agar bisa selalu di sampingmu ayah.
Ayah, Aku sangat merindukanmu.
Dari anakmu di negeri Perantauan.
Banda Aceh, 23 April 2015
Amiruddin Simbolon
0 komentar:
Posting Komentar