Banda Aceh, 19 Mei 2015
Assalamualaikum...
Apa kabarnya Sahabat semua, sudah sholatkah?
Saya ingin menulis tentang nasionalisme. Apa yang sobat pahami tentang nasionalisme? Yap, kita pasti akan menyebut cinta tanah air, NKRI harga mati. Iya benar, tidak salah. Saya ingat semasa saya kecil banyak sekali diputar film-film perjuangan apalagi menjelang hari kemerdekaan. Jika Indonesia diserang, kita akan membelanya dengan harta dan jiwa. Inilah nasionalisme. Sayangnya sekarang film-film perjuangan sudah teramat jarang, kalaupun ada (pidato bung Tomo), takbirnya dihilangkan.
Sekarang, banyak kita yang keliru memaknai nasionalisme. Nasionalisme dipahami melalui atribut. Misal, ada yang begitu bencinya dengan sorban dan jubah. Katanya bukan asli Indonesia. Sampai wanita yang berhijab pun tidak lepas dari sindiran. Namun, jas yang berasal dari barat tidak dibilang westrenisasi. Toh bukan asli Indonesia juga.
Lihat negara tetangga, begitu bangga dengan pakaian melayunya. Kita? Apalagi ikut dengan kontes kecantikan, berlenggok-lenggok di depan panggung dengan membuka aurat. Inikah nasionalisme? Parahnya, banyak yang bilang ini nasionalisme.
Ketika Palestina atau negeri tetangga buuh bantuan, ada yang bilang, "Indonesia juga masih banyak masalah , kenapa jauh-jauh ngurusi negara lain?" #gagalpaham. Apakah kita harus selesai dari masalah baru membantu negara lain? Apa yang dibanggakan dari negara ini selain korupsinya ?
Bahkan kaum Rohingya yang dibantai dinegaranya dan terkatung-katung di lautan kita abaikan? Alhamdulillah, saya senang dan bangga menjadi penduduk Aceh. Saat negara Indonesia, Thailand, dan Malaysia menolak membantu, nelayan Aceh dan Pemerintah Aceh membantu dan mengatakan mereka juga saudara kita.
Sementara itu kit sibuk mengutak-atik bacaan Al-Qur'an agar sesuai dengan adat negeri, dengan melabrak tajwid. Inikah nasionalisme versi kamu?
Semoga kita tidak terjebak dalam nasionalisme palsu berlebel liberal yang tudak membawa kebaikan.
Salam
Amiruddin Simbolon
0 komentar:
Posting Komentar