Kamis, 3 April 2014 14.00 Wib
di My Inspirasi Room
“Sesungguhnya
Islam itu bermula dalam keadaan asing dan akan kembali asing sebagaimana
awalnya.” (HR. Muslim). Demikianlah Rasulullah SAW bersabda tentang kondisi
kaum mislimin. Pada awal kedatangannya, Islam dianggap aneh dan asing. Selang
beberapa massa Islam berjaya dan berwibawa. Namun, setelah generasi datang silih berganti cahaya Islam redup
kembali.
Keterasingan Islam saat ini bukan
asing seperti mula dengan sedikitnya pengikutnya dan sulitnya ilmu agama
dituntut. Tapi pada runtuhnya kekuasaan, syariat, dan lenyapnya tradisi
akhlaknya. Syariat dianggap tak lagi hebat sementara tradisi barat menjadi
kiblat.
Orang yang konsisten dengan cirri
khas keislamannya menjadi aneh, dan begitu juga yang tak mau ikut-ikutan budaya barat harus siap mendapat cemoohan.
Dikatakan tidak gaul, nggak up to date, dan lain sebagainya. Tak sedikit yang
kemudian galau dan mencari aman dengan memakai ciri khas keislamannya tapi menjeburkan diri dalam budaya masyarakat
kebanyakan. Contoh paling mudah disaksikan di televise. Kita tak lagi
sulit menyaksikan wanita berjilbab
berjoget ala Caisar ditengah kumpulan pria dan wanita disaksikan ratusan bahkan
mungkin ribuan orang penonton. Contoh lain, pemandangan wanita berjilbab berduaan
pada malam hari di beberapa kota besar dan kecil bukan lagi pemandangan langka apalagi pada
bulan Februari. Kita lihat wanita, bukan berarti pria lebih baik, tetapi lebih
karena identitas wanita mudah dikenali.
Tak sedikit pula yang benar-benar
terbang bebas dari ikatan Islam. Tak ada
lagi ciri dan identitas keislaman selain kolom agama di KTP yang masih Islam.
Pakaian ketat, transparan, dan terbuka menjadi
identitas mereka sehingga tak bisa dibedakan lagi antara muslimah dan
wanita kafir. Demikian pula prianya, mereka malu melangkahkan kaki ke mesjid sementara
kawannya sedang asyik main game. Tak enak rasanya duduk membaca Qur’an setelah
magrib sementara teman yang lain sedang asyik nongkrong.
Mereka lebih percaya diri ketika
merayakan ulang tahun, valentine day dan bergaul bebas ketimbang berjalan untuk
menuntut ilmu atau melaksanakan ibadah fardu. Fenomena mengikuti budaya kafir
sudah pernah disampaikan oleh Rasulullah SAW, “Sungguh sebagian kalian nanti
akan mengikuti tradisi orang-orang sebelum kalian sedepa demi sedepa, sehasta demi
sehasta, hingga seandainya mereka masuk
ke lubang biawak, niscaya kalian akan
mengikutinya juga”. Para sahabat bertanya, “Apa yang Anda maksud Yahudi dan
Nasrani, ya Rasulullah ?” beliau bersabda, “Siapa lagi kalau bukan mereka?”
(HR. Bukhari).
Nah, tidak selayaknya seorang muslim
itu membebek tradisi orang kafir. Sebab,
umat Islam adalam ummatan wastha, umat yang derajatnya dibawah Nabi, namun di atas semua umat yang
ada. Maka selayaknya kita dicontoh bukan mencontoh.
Sumber
: Majalah Ar-risalah edisi 152.
Semoga
bermanfaat.
Amir SangPemimpi
Follow
twitter saya @AmirJundi
0 komentar:
Posting Komentar