Selasa,
29 April 2014 08.38
In
Inspirasi Room.
Nek sawinem adalah tetangga saya, 3
rumah dari samping kiri rumah saya. Beliau juga adalah rekan ibu saya saat
kerja di kebun dulu. Namun, ibu saya hanya beberapa bulan kerja di Kebun PT
Socfindo, kalau nek Sawinem sampai beliau pensiun.
Pagi ini jam 08.30 nek Sawinem kembali ke rumah saya
untuk mentensikan darahnya seperti biasa. Beliau sering kerumah jika
perasaannya tidak enak, itu menandakan darahnya tinggi. Hari ini tidak seperti biasa,
nek sawinem membawa beras dan gula merah. ‘Ini Mir beras dan gula merah untuk
ngebubur”, beliau mengatakan. “Pas kali nek, saya pun lagi ngebubur itu lagi
dijerang”, saya bilang.
Beras dan gula merah yang dibawa oleh Nek Sawinem, Oleh-oleh :) |
Nek sawinem menderita darah tinggi sudah lama, sejak
beberapa tahun yang lalu. Beliau sering control darahnya dengan saya, karena
memang rumah kami tidak berjauhan. Hanya beberapa puluh meter dari rumah. Beliau
mengatakan kalau menensi darah dengan Amir, tidak mau dikasih uang. Bagaimana saya
mau terima, kita sudah seperti saudara, kadang juga saya sering memberi vitamin
untuk suami nek Sawinem. Yah, saya hanya ingin bermanfaat dengan orang lain.
Tidak lama lagi saya akan berpindah tugas ke Banda Aceh. Rasanya
sedih harus meninggalkan orang-orang kampong yang saya sayangi. Saya berharap,
tetap dapat membantu saudara saya di manapun saya berada. Salam hangat nek
Sawinem dari saya. Anggap saya seperti cucu nenek ya. Kalau saya sudah
menganggap nenek sebagai nenenk saya. Saya belum pernah menyentuh dan mencium
tangan nenek saya. Rasa rindu ini begitu dalam dengan sosok seorang nenek. Ingin
rasanya dipeluk, dibelai sebagai seorang cucu. Semoga nenek saya diberi ampunan
Allah di alam kubur sana.
Amir SangPemimpi
Follow twitter saya @AmirJundi
0 komentar:
Posting Komentar