Rabu, 08 Oktober 2014

KITA ADALAH PEMENANG


Banda Aceh. 9 Oktober 2014
              14 Dzulhijjah 1435 H


Saat kita dilahirkan, kita sudah menjadi pemenang. Dari milyaran sel kemungkinan, hanya ada satu yang dapat menembus sel telur, itu adalah kita. Kita adalah pemenang kompetisi itu. Begitulah sebuah fakta ilmiah yang diungkap Dale Carnegie dari sebuah buku klasik, You and Heridity.


Lahir sebagai manusia unik, dan tak ada satupun di seluruh dunia ini yang sama sekali dengan kita. Kita makhluk sangat spesial yang Allah ciptakan. Masterpiece yang tiada duanya. Tak ada yang mampu sama persis dengan kita.

Tercipta dengan sangat luar biasa, sangat spesial. Bolehkah kedua mata kita dibeli satu miliar? Bolehkah pendengaran kita dibeli dengan Lamborghini? Atau bolehkah kepala kita ditukar dengan sebuah rumah yang super mewah? Ya, harga kita tak ternilai dari apapun benda yang ada di dunia ini.

Makhluk spesial haruslah dihargai dengan tugas yang spesial pula. Makhluk terhormat haruslah diberi tugas kehormatan pula. Makhluk berharga haruslah diberi tugas dan tanggung jawab yang beerharga pula. Jika makhluk  terhormat diberi tugas dan wewenang remeh, tentu itu merupakan pelecehan terhadapnya. Orang besar harus diberi tugas besar pula.

Kita Pemenang

Berani menjadi manusia, harus berani memegang tanggung jawab  yang disertakan Allah padanya. Berani jadi manusia  harus berani mengemban tugas yang diamanatkan Sang Pencipta kepadanya.

Tapi lihatlah prilaku kebanyakan manusia, mereka melecehkan dirinya sendiri dengan tertunduk kepada mahkluk yang diciptakan lebih rendah darinya. Mereka menjual martabat dirinya demi pangkat, menukar dirinya demi limpahan harta, mengorbankan waktunya melakukan tugas yang tak pantas dilakukan mahkluk yang namanya manusia.

Saya mempunyai misi hidup bermanfaat untuk orang lain. Saya setelah sholat, saya usahakan berdo'a semoga apa yang saya punya, apa yang saya miliki bermanfaat untuk sesama manusia, semoga dengan ini dapat memperberat timbangan saya di yaumil hisab kelak. 

Jangan pernah meremehkan karya Allah dengan pilihan-pilihan hidup yang kerdil. Jangan pernah melecehkan mahakarya Allah dengan aktivitas-aktivitas kita yang kecil.

Sang Masterpiece

Sebuah kedurhakaan jika kita mengisi hidup dengan beragam kegiatan yang tak layak dilakukan oleh sang mahakarya. Tentu kezaliman yang tersangat jika mahkluk yang istimewa ini hanya numpang lewat dalam kenangan. Lahir, hidup, mati tanpa meninggalkan warisan berharga. Alangkah bahagianya saat kita mati, kita meninggalkan warisan yang bermanfaat sehingga pahalanya terus mengalir walaupun kita sudah tiada.

Hidup terlalu singkat dipakai nyantai. Hidup adalah kompetisi. Hanya ada 2 pilihan, ada yang sukses ada yang gagal. Ada yang naik dan ada yang turun. Ada yang mulia dan ada yang hina. Al Qur'an mewasiatkan agar kita fastabiqul khairaat, berlomba-lomba dalam kebaikan. Saat kita jalan, di lain tempat orang lain sedang berdiri, di lain tempat orang lain berlari kenjang menuju impiannya masing-masing. Yok mari sahabat, bangun dari tidur panjang. Mumpung jantung kita masih berdetak, isilah aktivitas produktif. Hidup sekali, berarti, lalu mati.


Terlahir sebagai PEMENANG


Amir SangPemimpi

Follow twitter saya @Amirjundi


0 komentar:

Posting Komentar