Minggu, 24 Mei 2015

Jodoh Pasti Berjodoh

Banda Aceh, 25 Mei 2015

Jodoh? Ya, jodoh itu seperti rezeki dan kematian. Penuh misteri. Rezeki harus dijemput dan kematian harus disiapkan bekalnya untuk perjalanan yang sangat panjang bertemu dengan Sang Pemilik alam semesta. Dijemput dan dipersiapkan adalah dua kata kunci untuk urusan jodoh.

Saya yakin segala sesuatu harus dipersiapkan, bukan ditunggu. Diupayakan dan dijemput. Dijemput bukan berarti kita harus tebar pesona dimana-mana, namun kita harus selalu menjaga marwah (harga diri) dihadapan siapapun.

Kalaupun kita menyukai seseorang, lebih baik kita pendam rasa itu dan berdoa dalam diam. Cinta sejati akan selalu ditemukan. Jika bukan sekarang, nanti akan ditemukan dengan waktu dan orang yang tepat disaat semua sudah siap.

Apabila kita ingin mendapat jodoh yang berkelas maka tingkatkan persiapan kita. Selalu mencari cara baru agar hidup kita semakin bermutu. Kita juga harus berupaya keras agar Allah memilihkan jodoh yang terbaik untuk kita. Setiap jodoh pasti berjodoh.

Semoga Allah menemukan jodoh yang tepat buat saya dan kamu. Iya, kamu yang baca ini :)

Selasa, 19 Mei 2015

Sang Nenek

Banda Aceh, 20 Mei 2015
09.30

Hai sobat apa kabarnya, sudah sholat dhuha kah?

Pagi ini saya kembali menemukan kisah pagi. Tadi beberapa waktu yang lalu saya pergi ke kantor Dinas Keuangan Aceh untuk menyerahkan surat polisi dalam pembuatan STNK mobil ambulance RSUD Aceh Tamiang. Saya dimintai tolong dengan bang Adi supir ambulance RSUD Aceh Tamiang. Saya bertemu dengan pejabat yang mengurusi tentang ini. Namanya pak Sofyan, sudah tampak tua. Namun sangat lembut dalam melayani saya. Saya suka ini. Ini namanya pelayan publik. Dicontoh ya sobat :D

Setelah selesai saya keluar dan ingin pulang, namun saya melihat sang nenek penjual jamu. Saya hampiri dan bertanya, "jamu apa yang paling enak nek?". Jawab beliau jamu seger. Oke nek, satu ya. Sambil minum saya mengobrol dengan sang nenek, beliau tinggal di Kuta Alam. Beliau sudah jualan selama 40 tahun. Wah, lama sekali. Say sempat bergurau, saya saja sekarang sudah 24 tahun nek, belum lahir, hehe. Sang nenek bercerita beliau dari Solo. Jika pulang ke Solo sang nenek sudah lupa tempat tinggalnya dulu. Pasti banyak perubahan terjadi d kampung halaman dalam waktu yg lama. Saya juga bercerita, saya juga merantau nek, kampung halaman saya di Tapanuli Selatan, Sumatera Utara. Ya, nenek gak tau di daerah mana itu. Hehe, maklum dulu tahun 70an peta Tapanuli Selatan belum nampak :D. Setelah selesai minum, saya beranjak pergi. Tenang Sob, saya bayar kok jamunya, harganya Rp. 5.000, hehe. Saya ucapkan terima kasih nenek :)

Pesan yang dapat saya ambil, merantaulah kemanapun ingin kita pergi. Tapi ingat, kampung halaman selalu merindukan. Ada orang-orang yang kita sayangi menunggu kehadiran kita.

Salam anak Perantau

Amiruddin Simbolon, dari Tapanuli Selatan ke Aceh Tamiang hingga ke Banda Aceh. Tetap, Kampung halaman tetap membuat saya rindu.

#Nasionalisme

Banda Aceh, 19 Mei 2015

Assalamualaikum...

Apa kabarnya Sahabat semua, sudah sholatkah?
Saya ingin menulis tentang nasionalisme. Apa yang sobat pahami tentang nasionalisme? Yap, kita pasti akan menyebut cinta tanah air, NKRI harga mati. Iya benar, tidak salah. Saya ingat semasa saya kecil banyak sekali diputar film-film perjuangan apalagi menjelang hari kemerdekaan. Jika Indonesia diserang, kita akan membelanya dengan harta dan jiwa. Inilah nasionalisme. Sayangnya sekarang film-film perjuangan sudah teramat jarang, kalaupun ada (pidato bung Tomo), takbirnya dihilangkan.

Sekarang, banyak kita yang keliru memaknai nasionalisme. Nasionalisme dipahami melalui atribut. Misal, ada yang begitu bencinya dengan sorban dan jubah. Katanya bukan asli Indonesia. Sampai wanita yang berhijab pun tidak lepas dari sindiran. Namun, jas yang berasal dari barat tidak dibilang westrenisasi. Toh bukan asli Indonesia juga.

Lihat negara tetangga, begitu bangga dengan pakaian melayunya. Kita? Apalagi ikut dengan kontes kecantikan, berlenggok-lenggok di depan panggung dengan membuka aurat. Inikah nasionalisme? Parahnya, banyak yang bilang ini nasionalisme.

Ketika Palestina atau negeri tetangga buuh bantuan, ada yang bilang, "Indonesia juga masih banyak masalah , kenapa jauh-jauh ngurusi negara lain?" #gagalpaham. Apakah kita harus selesai dari masalah baru membantu negara lain? Apa yang dibanggakan dari negara ini selain korupsinya ?

Bahkan kaum Rohingya yang dibantai dinegaranya dan terkatung-katung di lautan kita abaikan? Alhamdulillah, saya senang dan bangga menjadi penduduk Aceh. Saat negara Indonesia, Thailand, dan Malaysia menolak membantu, nelayan Aceh dan Pemerintah Aceh membantu dan mengatakan mereka juga saudara kita.

Sementara itu kit sibuk mengutak-atik bacaan Al-Qur'an agar sesuai dengan adat negeri, dengan melabrak tajwid. Inikah nasionalisme versi kamu?

Semoga kita tidak terjebak dalam nasionalisme palsu berlebel liberal yang tudak membawa kebaikan.

Salam

Amiruddin Simbolon

Jumat, 01 Mei 2015

Ayah, I'm so so miss You

Ayah, taukah engkau aku di sini anakmu dari kejauhan sangat merindukanmu.

Ayah, engkaulah panutan hidupku, engkaulah pria kuat dan entah berapa kali pundak itu memikul began hidup ini.

Ayah, aku masih sangat ingat jelas saat kita mengambil nangka di Paya Laut. Dari ujung ke ujung kita berjalan kurang lebih berjarak 3 km engkau memikul beban lebih dari 50 kg, engkau berjalan santai seperti tidak ada beban di raut wajahmu. Sedang aku hanya memikul beban yang tidak kurang dari 25 kg, sudah mengomel, menggerutu, capek.

Ayah, masih sangat banyak waktu yang Kita lakukan bersama. Any rindu masa-masa itu. Any ingin mengulang masa itu ayah. Terlalu singkat waktu kebersamaan kita.

Ayah, taukah engkau aku di sini selalu bertanya-tanya sedang apakah engkau di sana.

Ayah, aku teringat di masa lalu ada saudara kita yang tidak suka dengan keras dan prinsip hidupmu dan sering menghina dan mencemoohmu. Aku mendengarnya ayah, Aku sedih, marsh. Dahulu aku belum berani untuk membelamu, aku dulu hanyalah siswa SMP. Namun Semarang sudah berubah ayah. Aku akan menjadi benteng dan akan selalu membelamu ayah. Dan Aku yakin, 'dia' tidak akan berani menghinamu lagi.

Ayah, Aku berazzam dan dengan izin Allah di tahun 2018 nanti kami anak-anakmu akan memberangkatkanmu dan ibu umrah. Doakan kami agar bisa selalu di sampingmu ayah.

Ayah, Aku sangat merindukanmu.

Dari anakmu di negeri Perantauan.

Banda Aceh, 23 April 2015

Amiruddin Simbolon

Kota yang Indah

Saya di kota ini sudah berjalan hampir 8 bulan, ya di Kota Banda Aceh ibukota Propinsi Aceh. Saya kagum dengan kota ini. Ya, nuansa agama Islam sangat kuat dan kental. Contoh kecil silahkan pergi ke mesjid, Saya yakin rame yang sholat jamaah.

Kemarin, tepatnya di Masjid Al Makmur (Mesjid Oman), ada 3 jamaah subuh berkumpul. Luar biasa ramainya, hampir penuh mesjid, Wali Kota Banda juga turut hadir. Dalam sambutannya, beliau mencanangkan gerakan sholat Subuh berjamaah di Masjid dan di Mushalla terdekat. Wali Kota Banda Aceh bernama Illiza Sa'buddin, biasa disapa Bunda. Bunda Illiza sangat peduli terhadap agama dan akhlak warganya. Dalam sambutannya beliau mengatakan, tugas pemimpin bukan hanya pembangunan secara fisik yang dapat dilihat dan disentuh, namun pembangunan akhlak yg lebih utama. Bukan mental yang perlu di revolusi, namun akhlak dan Budi pekerti. Banyak orang yang bermental baik, namun berakhlak buruk. Beliau juga mengambil contoh negara Turki. Dulu Turki adalah negara tersekuler di dunia peninggalan Jamal Attaturk, namun di bawah kepemimpinan President Erdogan Turki kini menjadi negara yang kaya dan maju. Turki sudah dahulu mencanangkan Subuh Berjamaah di Masjid. Belum lama ini Bunda juga sudah meresmikan Suka Relawan Anti Maksiat. Luar biasa Bunda, semoga Allah memberi kekuatan dan kesehatan untuk Bunda untuk memimpin kali sebagai warga. Dari zaman nabi Nuh sampai saat ini jalan dakwah akan selalu mendapat cemoohan, pertentangan dari syetan terutama dari Jeni's manusia.

Saya belum lama di sini, namun Saya merasa kota ini seperti Kota Saya sendiri Kualasimpang. Harapan Saya, semoga Bapak Bupati Aceh Tamiang berani mengambil sikap dan tanggung jawab terhadap akhlak generasi muda di sana.

Salam anak Perantau

Banda Aceh, 2 January 2015

Amiruddin Simbolon