Selasa, 19 Mei 2015

Sang Nenek

Banda Aceh, 20 Mei 2015
09.30

Hai sobat apa kabarnya, sudah sholat dhuha kah?

Pagi ini saya kembali menemukan kisah pagi. Tadi beberapa waktu yang lalu saya pergi ke kantor Dinas Keuangan Aceh untuk menyerahkan surat polisi dalam pembuatan STNK mobil ambulance RSUD Aceh Tamiang. Saya dimintai tolong dengan bang Adi supir ambulance RSUD Aceh Tamiang. Saya bertemu dengan pejabat yang mengurusi tentang ini. Namanya pak Sofyan, sudah tampak tua. Namun sangat lembut dalam melayani saya. Saya suka ini. Ini namanya pelayan publik. Dicontoh ya sobat :D

Setelah selesai saya keluar dan ingin pulang, namun saya melihat sang nenek penjual jamu. Saya hampiri dan bertanya, "jamu apa yang paling enak nek?". Jawab beliau jamu seger. Oke nek, satu ya. Sambil minum saya mengobrol dengan sang nenek, beliau tinggal di Kuta Alam. Beliau sudah jualan selama 40 tahun. Wah, lama sekali. Say sempat bergurau, saya saja sekarang sudah 24 tahun nek, belum lahir, hehe. Sang nenek bercerita beliau dari Solo. Jika pulang ke Solo sang nenek sudah lupa tempat tinggalnya dulu. Pasti banyak perubahan terjadi d kampung halaman dalam waktu yg lama. Saya juga bercerita, saya juga merantau nek, kampung halaman saya di Tapanuli Selatan, Sumatera Utara. Ya, nenek gak tau di daerah mana itu. Hehe, maklum dulu tahun 70an peta Tapanuli Selatan belum nampak :D. Setelah selesai minum, saya beranjak pergi. Tenang Sob, saya bayar kok jamunya, harganya Rp. 5.000, hehe. Saya ucapkan terima kasih nenek :)

Pesan yang dapat saya ambil, merantaulah kemanapun ingin kita pergi. Tapi ingat, kampung halaman selalu merindukan. Ada orang-orang yang kita sayangi menunggu kehadiran kita.

Salam anak Perantau

Amiruddin Simbolon, dari Tapanuli Selatan ke Aceh Tamiang hingga ke Banda Aceh. Tetap, Kampung halaman tetap membuat saya rindu.

0 komentar:

Posting Komentar