Kamis, 10 April 2014

ASING

Kamis, 3 April 2014 14.00 Wib
di My Inspirasi Room




“Sesungguhnya Islam itu bermula dalam keadaan asing dan akan kembali asing sebagaimana awalnya.” (HR. Muslim). Demikianlah Rasulullah SAW bersabda tentang kondisi kaum mislimin. Pada awal kedatangannya, Islam dianggap aneh dan asing. Selang beberapa massa Islam berjaya dan berwibawa. Namun, setelah generasi  datang silih berganti cahaya Islam redup kembali.

            Keterasingan Islam saat ini bukan asing seperti mula dengan sedikitnya pengikutnya dan sulitnya ilmu agama dituntut. Tapi pada runtuhnya kekuasaan, syariat, dan lenyapnya tradisi akhlaknya. Syariat dianggap tak lagi hebat sementara tradisi barat menjadi kiblat.

            Orang yang konsisten dengan cirri khas keislamannya menjadi aneh, dan begitu juga yang tak mau ikut-ikutan  budaya barat harus siap mendapat cemoohan. Dikatakan tidak gaul, nggak up to date, dan lain sebagainya. Tak sedikit yang kemudian galau dan mencari aman dengan memakai ciri khas keislamannya  tapi menjeburkan diri dalam budaya masyarakat kebanyakan. Contoh paling mudah disaksikan di televise. Kita tak lagi sulit  menyaksikan wanita berjilbab berjoget ala Caisar ditengah kumpulan pria dan wanita disaksikan ratusan bahkan mungkin ribuan orang penonton. Contoh lain, pemandangan wanita berjilbab berduaan pada malam hari di beberapa kota besar dan kecil  bukan lagi pemandangan langka apalagi pada bulan Februari. Kita lihat wanita, bukan berarti pria lebih baik, tetapi lebih karena identitas wanita mudah dikenali.

            Tak sedikit pula yang benar-benar terbang bebas  dari ikatan Islam. Tak ada lagi ciri dan identitas keislaman selain kolom agama di KTP yang masih Islam. Pakaian ketat, transparan, dan terbuka menjadi  identitas mereka sehingga tak bisa dibedakan lagi antara muslimah dan wanita kafir. Demikian pula prianya, mereka malu  melangkahkan kaki ke mesjid sementara kawannya sedang asyik main game. Tak enak rasanya duduk membaca Qur’an setelah magrib sementara teman yang lain sedang asyik nongkrong.

            Mereka lebih percaya diri ketika merayakan ulang tahun, valentine day dan bergaul bebas ketimbang berjalan untuk menuntut ilmu atau melaksanakan ibadah fardu. Fenomena mengikuti budaya kafir sudah pernah disampaikan oleh Rasulullah SAW, “Sungguh sebagian kalian nanti akan mengikuti tradisi orang-orang sebelum kalian sedepa demi sedepa, sehasta demi sehasta, hingga seandainya  mereka masuk ke lubang  biawak, niscaya kalian akan mengikutinya juga”. Para sahabat bertanya, “Apa yang Anda maksud Yahudi dan Nasrani, ya Rasulullah ?” beliau bersabda, “Siapa lagi kalau bukan mereka?” (HR. Bukhari).

            Nah, tidak selayaknya seorang muslim itu membebek tradisi  orang kafir. Sebab, umat Islam adalam ummatan wastha, umat yang derajatnya  dibawah Nabi, namun di atas semua umat yang ada. Maka selayaknya kita dicontoh bukan mencontoh.



Sumber : Majalah Ar-risalah edisi 152.
Semoga bermanfaat.

Amir SangPemimpi

Follow twitter saya @AmirJundi

0 komentar:

Posting Komentar